Akh..sahabat, sudah beberapa waktu aku hadir di tengah-tengahmu. Banyak kesempatan indah dan berharga yang saya dapatkan bersamamu, tetapi yang paling berharga adalah keterbukaan hatimu untuk menerima aku sebagai sahabat dalam menggeluti perjuangan iman bersama. Hal ini nampak dengan banyaknya sapaan dan ajakan untuk dijadikan sahabat dalam berbagai macam pergulatan hidup dan pengalaman iman. Ya, “menjadi sahabat”, sahabat yang membawa penghiburan; inilah mungkin ungkapan yang paling tepat untuk merumuskan inti kehadirannku di tengah-tengah orang lain, sebagai seorang imam yang masih “bau kencur”, dan mungkin juga kehadiranmu satu bagi yang lain.
Sahabat yang menghibur
            Kehadiran kita bagi orang  lain, khususnya bagi yang  sedang “menderita” sangat berarti untuk memberi  penghiburan.  Penghiburan sendiri nampaknya sudah begitu biasa, bahkan karena  begitu  biasanya sampai kehilangan maknanya yang terdalam. Seorang Stevanie   pernah begitu ragu-ragu untuk diajak mengunjungi Mama Yossie yang sudah  hampir  tiga bulan tergolek di Rumah Sakit oleh karena berbagai  rombongan penyakit yang  bersarang dalam tubuhnya. Stevanie begitu ragu  karena tidak tahu kata-kata  penghiburan macam apa yang mampu  diucapkannya, atau pemberian apa yang paling  tepat bagi Mama Yossie  yang secara medis jelas tidak ada harapan sedikitpun  untuk hidup. Namun  akhirnya ia datang juga. Alangkah terkejutnya ia  ketika tiba-tiba Mama  Yossie memeluknya dengan haru dan mengungkapkan  keterharuannya atas  kehadirannya. Bukan lagi oleh-oleh yang diharapkan Mama  Yossie, bukan  juga kata-kata indah penuh penghiburan, namun ia masih  mengharapkan  seseorang yang mau "hadir" bersamanya, hadir untuk  menghadapi kenyataan  hidupnya itu. Inilah yang begitu ia rindukan.  Saat itu Stevanie  sedikit terbuka akan apa itu penghiburan yang sesungguhnya. 
Penghiburan Kristiani
            Penghiburan  ternyata bukan pertama-tama bantuan  psikologis atau emosianal, yang mengalihkan  perhatian orang dari  kematian pada dunia akhirat. Banyak orang dalam memberi  penghiburan  seringkali memberi harapan akan “hidup yang lebih bahagia nanti”,  atau  “hidup yang akan datang” kepada orang yang memang sudah “hopeless”.   Hiburan dalam rangka iman kristiani mungkin dapat diartikan sebagai daya   kekuatan yang membuat orang menjadi mampu untuk penuh kepercayaan dan  tanpa  menipu diri menghayati hidupnya dalam segala kekayaan, hidup yang  terbatas dan  terancam, ataupun hidup yang dirundung oleh kuasa  kejahatan yang mengikatnya;  mampu karena Allah menyertainya. Maka  penghiburan kristiani berhubungan erat  dengan inti iman dalam seluruh  hidup dan dalam menanggung seluruh hidup. Itulah  sebabnya bahwa  penghiburan yang diberikan oleh Kitab Mazmur begitu “bertahan”  di  tengah-tengah segala nasib hidup manusiawi. Mazmur-mazmur mampu memberi   penghiburan, karena menyediakan bahasa dan ungkapan bagi manusia dalam  segala  situasi hidupnya; ada mazmur kepercayaan, mazmur ratapan, mazmur  permohonan,  mazmur pujian, dan sebagainya.
            Kitab Ayub  memberi nuansa lain dalam memahami makna  penghiburan. Penghiburan yang diterima  oleh Ayub tidak terletak dalam  manusia Ayub yang menerima begitu saja  kemalangan yang menghancurkan  dia, atau dalam harapannya akan dunia yang lebih  baik. Bagi Ayub nasib  malang  tidak masuk akal, tidak ada artinya, dan tidak adil. Kendati  Ayub mengabdi  Allah dan percaya kepada-Nya namun dibiarkan hidup dalam  penderitaan. Maka  Allah pun nampak bukan sebagai penghibur atau Bapa  yang murah hati. Namun  Allah memperbolehkan Ayub bicara. Bagi Ayub,  Allah  adalah partner untuk mengeluh dan sasaran  keluhannya. Karena ada  Allah, kesepian Ayub menjadi medan di mana  Ayub menjadi diri sendiri.
            Kisah  sengsara sepadan dengan kisah penghiburan Ayub.  Allah menghampiri Yesus  justru dengan tidak turun tangan dan dengan  tidak membantu Yesus. Sangatlah  mengherankan bahwa penderitaan yang  berakhir dengan jeritan putus asa: “Allah,  mengapa Engkau meninggalkan Daku?”,  di kemudian hari justru menjadi  ungkapan yang dengan tidak  habis-habisnya menyuarakan pengalaman hiburan  manusiawi. Di situlah  Allah dialami secara baru, lain dari pada pengalaman  Allah sebelumnya.  Ia tidak memperlihatkan diri lagi sebagai Allah yang  mahakuasa  melainkan sebagai Allah yang bersama Yesus ikut mengalami   ketidakmampuan dalam kematian.
            Pengalaman  akan Yesus yang bangkit tidak pertama-tama  suatu pewahyuan akan hidup yang akan  datang. Peristiwa paska tidak  mewahyukan apa-apa tentang hidup yang akan  datang. Sebaliknya Kristus  yang bangkit mulia hadir dalam dunia manusia dan  dalam jaman manusia  sekarang. Dengan kata lain kebangkitan Yesus tidak  menggambarkan dunia  baka, sebaliknya kebangkitan menghantarkan keabadian ke  dalam jaman  sekarang, dunia baka ke dalam dunia manusia, hidup Allah ke dalam  hidup  dan kematian manusia. Dengan demikian Allah tampil sebagai akhir segala   masa dan batas segala penderitaan; segala sesuatu mendapat  batasnya  bukan pada dirinya sendiri,  melainkan dalam Allah.
            Mengalami penghiburan Allah berarti mengalami bahwa Allah   sungguh hadir dalam situasi hidup kita sekarang ini. Yesus, sebagai  Sabda yang  menjadi daging dan tinggal di antara kita, akan tetap  menyertai kita sampai  akhir jaman. “Aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim piatu. Aku akan  kembali kepadamu” (Yoh 14:18). “Sampai  masa tuamu Aku tetap Dia dan  sampai masa putih rambutmu Aku  menggendong kami. Aku telah melakukannya dan mau  menanggung kamu terus;  Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu. Lihat, Aku  telah  melukiskan engkau di telapak tangan-Ku,..” (Yes 46:4, 49:16).
Dihibur menjadi penghibur
            Yesus mengeluh akan sikap  orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat, “Kami meniup seruling bagimu,  tetapi kamu tidak menari; kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak  menangis.” (Luk  7:32)Demikian juga betapa sering hati kita tidak  tergerak sedikitpun  akan “tiupan seruling” dan “kidung duka” sesama kita.  Sering kita  bagaikan Stevanie yang terus menerus hidup dalam keraguan akan  makna  kehadiran kita bagi orang lain, khususnya bagi sesama yang membutuhkan   penghiburan. Pengalaman kita yang telah “dihibur” hendaknya menjadi  pengalaman  kita untuk “menghibur”. Kita memang boleh ragu untuk hadir  bagi sesama kita  kalau kita sendiri tidak mengalami penghiburan, yakni  pengalaman Allah yang  senantiasa hadir dalam hidup kita, yang kadang  hanya seperti yang dialami Ayub.  Pengalaman akan Allah yang hadir dalam  hidup kita hendaknya membawa kita untuk  membantu sesama dalam  menghayati kehadiran Allah dalam hidupnya yang konkret,  entah dalam  suka maupun duka, dalam harapan maupun kecemasan. Pengalaman   penghiburan ini membuat orang berani menatap hidupnya secara konkret  karena  Allah menyertai. “Janganlah takut.... Apabila engkau  menyeberang melalui  air, Aku menyertai engkau, atau melalui  sungai-sungai, engkau tidak akan  dihanyutkan; apabila engkau berjalan  melalui api, engkau tidak akan  dihanguskan, dan nyala api tidak  membakar engkau”(Yes 43:1-2). 
Andreas               Suparman SCJ               
Menjadi berkat bagi orang lain dan diri sendiri
BalasHapushttp://terang-jiwa.blogspot.com/
Did you know there is a 12 word phrase you can speak to your crush... that will trigger deep emotions of love and instinctual attraction for you buried inside his chest?
BalasHapusThat's because hidden in these 12 words is a "secret signal" that fuels a man's instinct to love, admire and guard you with all his heart...
====> 12 Words That Fuel A Man's Love Instinct
This instinct is so hardwired into a man's mind that it will make him work harder than before to take care of you.
Matter-of-fact, triggering this mighty instinct is absolutely mandatory to having the best ever relationship with your man that the instance you send your man one of the "Secret Signals"...
...You will instantly notice him expose his heart and mind to you in such a way he's never experienced before and he'll distinguish you as the one and only woman in the world who has ever truly fascinated him.