Minggu, 05 Desember 2010

Beberapa Ajaran St. Seraphim Sarov

St. Seraphim Sarov
 
Tentang Tuhan :
Tuhan adalah api, menghangatkan dan menyalakan hati dan batin. Jadi jika kita merasakan hati kita dingin, maka berserulah kepada Tuhan. Ia, dengan kedatangan-Nya akan menghangatkan hati kita dengan kasih yang sempurna, tidak hanya kepada Tuhan, tetapi juga kepada sesama di sekitar kita.

Di mana ada Tuhan, di sana tidak ada setan. Semua yang berasal dari Tuhan adalah kedamaian, kesehatan dan membimbing orang kepada penilaian dari ketidaksempurnaannya dan kerendahan hati.

Tuhan menujukkan bahwa cinta-Nya kepada manusia tidak hanya pada saat mereka berbuat baik, tetapi juga ketika mereka menghina-Nya dengan dosa dan membuat-Nya marah. Dengan suatu kesabaran yang luar biasa Ia menanggung pelanggaran kita. "Jangan memanggil Tuhan Hakim yang adil," kata St. Ishak, "karena hukumnya yang adil tidak tampak dalam perbuatan kita. Benar, Daud memanggil-Nya hakim yang adil dan benar, tetapi Putera Allah telah menunjukkan kepada kita bahwa Tuhan itu baik dan penuh belaskasihan. Di mana penghakiman-Nya yang adil? Kita adalah para pendosa, tetapi Kristus telah mati untuk kita." (St. Ishak dari Siria)



Iman :
Iman, adalah permulaan dari persatuan kita dengan Tuhan dan pengikut Krtistus yang sejati adalah batu-batu yang menyusun Gereja, menyiapkan sebuah bangunan besar bagi Allah Bapa, yang didirikan oleh Yesus Kristus dengan salib dan berkat rahmat Roh Kudus. "Iman tanpa perbuatan adalah mati." (Yak. 2:26) Iman menghasilkan cinta, damai, belas kasihan, kerendahan hati. Iman yang sejati tidak tinggal diam tanpa diwujudkan dalam suatu tindakan. Seorang pengikut yang sejati juga akan menunjukkan suatu tindakan yang baik.

Harapan :
  Semua orang yang memiliki harapan yang teguh dalam Tuhan dibawa mendekat kepada-Nya dan diterangi dengan sinar dari cahaya abadi. Jika seseorang tidak memiliki cinta diri yang berlebih-lebihan, di luar cintanya kepada Tuhan dan perbuatan yang baik dan luhur, dan percaya bahwa Tuhan akan memeliharanya, maka ini adalah harapan yang benar dan bijaksana. Akan tetapi, jika seseorang meletakkan harapannya pada pekerjaannya, dan datang kepada Tuhan dalam doa hanya ketika kemalangan yang tak terduga menimpanya, kemudian ketika ia melihat ia tidak mampu menyelesaikannya dengan kemampuannya sendiri, lalu mulai berharap akan pertolongan dari Tuhan, hal ini sebetulnya adalah suatu harapan yang salah. Harapan yang benar pertama-tama mencari Kerajaan Allah dan yakin bahwa segala sesuatu yang dibutuhkan untuk kehidupan fana ini akan selalu diberikan. Hati kita tidak akan damai sebelum mencapai harapan ini. Harapan ini membawa ketenangan dan sukacita. Penyelamat kita berbicara tentang harapan ini, "Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu dan berbeban, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Mat. 11: 28)

Cinta akan Tuhan :
Orang yang telah mencapai cinta yang sempurna akan Tuhan menjalani kehidupannya seolah-olah ia tidak ada. Hal ini terjadi karena ia menganggap dirinya sebagai orang asing terhadap semua yang kelihatan, dan menanti dengan sabar apa yang tidak kelihatan. Ia diubah secara sempurna ke dalam kasih Allah dan mengabaikan semua cinta yang duniawi.

Orang yang sungguh mencintai Tuhan memandang dirinya sebagai seorang pengembara dan pendatang di bumi, karena ia selalu berusaha mengarahkan hati dan jiwanya kepada Tuhan, yaitu memikirkan Dia saja.

Bagi jiwa yang demikian, jiwa di dalam tubuh seperti sebuah lilin yang menyala. Lilin itu harus terbakar habis, dan orang tersebut akan mati. Akan tetapi jiwa kita itu kekal, karena itu kita harus lebih memperhatikan jiwa daripada tubuh. "Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikan sebagai ganti nyawanya?" (Mat. 16: 26) Karena sebagaimana kita tahu, tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang dapat diberikan sebagai tebusan. Jika jiwa itu sendiri lebih berharga daripada seluruh dunia dan kerajaan di dunia, maka Kerajaan Surga itu jauh lebih berharga tidak ada bandingannya.

Cinta akan sesama :
  Kita harus bersikap penuh perhatian kepada sesama, tidak menunjukkan meskipun kita terluka. Ketika kita meninggalkan seseorang atau melukainya, seolah-olah sebuah batu diletakkan ke dalam hati kita. Setiap orang harus berusaha untuk menghibur jiwa yang mengalami kesukaran atau orang yang ditolak dengan kata-kata yang penuh kasih.

Jika engkau melihat seorang saudaramu berbuat dosa, lindungilah dia, seperti dinasihatkan oleh St. Ishak dari Syria, "rentangkanlah jubahmu kepada pendosa dan lindungilah dia."

Dalam relasi dengan sesama kita harus memberikan hati yang murni kepada setiap orang baik dalam kata-kata dan pikiran; atau kita akan menjadikan hidup kita tidak berguna. Kita harus mengasihi orang lain seperti diri kita sendiri, seperti perintah Tuhan, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri." (Luk. 10:27) Akan tetapi tidak secara berlebihan sehingga menghalangi kita untuk memenuhi hukum yang pertama dan utama yaitu kasih kepada Tuhan, seperti diajarkan oleh Tuhan Yesus sendiri, "Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku." (Mat. 10: 37)

Belaskasihan :
  Sangat penting untuk bersikap penuh belas kasihan kepada mereka yang menderita dan telah menyimpang. Para Bapa Gereja memberi perhatian yang besar terhadap hal ini. Kita harus berusaha dalam kebajikan ini untuk memenuhi perintah Tuhan, "Hendaklah engkau murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Luk. 6:36) dan "Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan." (Mat. 9:13) Orang yang bijaksana akan mengingat kata-kata ini, tetapi orang yang bodoh tidak akan mempedulikannya. Karena alasan inilah maka penghargaan yang diberikan juga berbeda, seperti dikatakan, "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga." (2 Kor. 9:6)

Contoh dari Petrus pemberi roti, yang karena memberikan sepotong roti kepada seorang pengemis, menerima pengampunan atas segala dosanya (seperti diperlihatkan kepadanya dalam sebuah penglihatan), mendorong kita untuk bersikap penuh belas kasihan kepada sesama kita - karena derma yang kecil sekalipun akan memperbesar kesempatan untuk memperoleh Kerajaan Surga.

Pemberian derma ini harus dilakukan dengan disposisi batin yang baik, seperti yang diajarkan oleh St. Ishak dari Syria, "Jika engkau memberikan sesuatu kepada orang yang meminta kepadamu, semoga sukacita pada wajahmu menyertai pemberianmu, dan menghibur kesedihannya dengan kata-kata yang menyenangkan."

Tidak menghakimi dan pengampunan atas penghinaan :
  Tidak benar menghakimi siapa pun, bahkan jika engkau melihat seseorang melakukan dosa dan melanggar hukum Tuhan dengan matamu, seperti dikatakan oleh Tuhan, "Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (Mat. 7:1) "Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entah ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri." (Rm.14:4) Adalah lebih baik untuk selalu mengingat yang dikatakan oleh rasul Paulus, "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1 Kor. 10:12)

Kita seharusnya jangan marah atau sakit hati kepada orang yang memusuhi kita. Sebaliknya, kita harus mengasihinya dan berbuat baik kepadanya, mengikuti ajaran Tuhan Yesus Kristus, "Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu." (Mat. 5:44) Jika kita berusaha untuk melakukan semua ini dengan sekuat tenaga kita, maka kita dapat berharap bahwa cahaya Tuhan akan mulai bersinar di dalam hati kita, menerangi langkah kita menuju Yerusalem surgawi.

Mengapa kita menghakimi sesama kita? Karena kita tidak berusaha untuk mengenal diri kita sendiri. Orang yang sibuk untuk mengenali dirinya tidak mempunyai waktu untuk memperhatikan kelemahan orang lain. Hakimilah dirimu - dan engkau akan berhenti menghakimi orang lain. Bencilah perbuatan dosa, tetapi jangan membenci pendosa. Sangat penting untuk menganggap dirimu sebagai orang yang paling berdosa, dan memaafkan kesalahan orang lain. Setiap orang hanya boleh membenci setan, yang menggodanya. Bisa terjadi bahwa seseorang yang kelihatannya melakukan sesuatu yang jahat terhadap kita, tetapi pada kenyatannya, karena dilakukan dengan niat yang baik, itu menjadi perbuatan yang baik. Selain itu, pintu pengampunan selalu terbuka, dan tidak ada yang tahu siapa yang akan masuk terlebih dahulu - engkau, "yang menghakimi", atau orang yang engkau hakimi.

Kesabaran dan Kerendahan Hati :
  Sangat penting untuk selalu bersabar dan menerima segala yang terjadi, tidak peduli apa pun, dengan bersyukur atas kemurahan Tuhan. Hidup kita - hanyalah sesaat saja bila dibandingkan dengan keabadian. Dan untuk alasan ini "penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita." (Rm. 8:18)

Tanggunglah penghinaan dari musuh-musuhmu dengan sabar, dan bukalah hatimu hanya untuk Tuhan. Berusahalah untuk memaafkan mereka yang menghina atau merendahkan engkau, seperti dikatakan, "janganlah meminta kembali kepada orang yang mengambil kepunyaanmu." (Luk. 6:30)

Ketika orang menghina kita, kita harus menganggap diri kita tidak layak untuk dipuji. Bayangkan jika kita berkuasa, setiap orang akan bersujud kepada kita. Kita harus merendahkan diri di hadapan setiap orang, seturut dengan ajaran St. Ishak dari Syria, "Rendahkanlah dirimu dan engkau akan melihat kemuliaan Allah dalam dirimu."

Cahaya Kristus :
  Dalam menerima dan merasakan cahaya Kristus di dalam hati kita, kita perlu mengalihkan diri dari semua yang ada di luar kita sebisa mungkin. Pertama, membersihkan jiwa kita dengan penyesalan dan perbuatan baik dengan iman yang benar akan yang Tersalib; kemudian menutup mata fisik kita. Kita perlu menenggelamkan pikiran di dalam hati dan berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus terus-menerus. Kemudian dengan tekun dan bersemangat dalam roh untuk Dia yang kita kasihi (Luk. 3:22), dengan memanggil nama-Nya kita menemukan kegembiraan, yang menimbulkan kerinduan akan penerangan yang lebih besar.

Ketika seseorang ditarik dalam kontemplasi cahaya abadi, pikirannya menjadi bersih dan bebas dari suara apa pun. Kemudian ketika ditenggelamkan secara sempurna dalam kontemplasi yang demikian indah, ia lupa akan semua indera, tidak ingin melihat apa pun bahkan dirinya sendiri, tetapi ingin bersembunyi di dalam jantung bumi, hanya supaya tidak dipisahkan dari kebenaran ini, yaitu Tuhan.

Memperoleh Roh Kudus :
Tujuan utama dari hidup Kristen terdiri dari memperoleh Roh Kudus Tuhan. Mati raga dan berjaga-jaga, doa, belaskasih, bahkan semua kebajikan yang dilakukan untuk Kristus adalah sarana untuk memperoleh Roh Kudus dari Tuhan. Hanya kebajikan yang dilakukan untuk Kristus memberi kita buah-buah Roh Kudus.

Ada yang berkata bahwa gadis bodoh yang kekurangan minyak pada lampunya itu dimengerti sebagai kurang berbuat kebajikan (bdk. Mat. 25:1-12). Pengertian semacam itu tidaklah benar seluruhnya. Bagaimana mungkin kurang berbuat kebajikan ketika mereka, meskipun bodoh, masih dipanggil perawan? Karena keperawanan adalah kebajikan yang tertinggi, dengan keadaan yang sama seperti para malaikat, dan dengan keberadaannya menunjang kebajikan yang lain. Aku orang yang malang ini, berpikir bahwa mereka tidak memiliki cukup rahmat dari Roh Kudus Allah. Para perawan ini, karena ketidakbijaksanaan rohani mereka, mengira bahwa kebajikan hanya diperlukan dalam melakukan perbuatan yang baik untuk menjadi seorang Kristen. "Kita melakukan suatu kebajikan dengan melakukan kehendak Tuhan."

Apakah mereka menerima karunia Roh Kudus atau tidak, apakah mereka telah mencapainya atau tidak, mereka bahkan tidak terusik untuk mengetahui.... Akan tetapi, kelalaian mereka untuk merindukan Roh Kudus ini ditunjukkan oleh kekurangan minyak oleh para gadis yang bodoh itu. Mereka disebut bodoh karena mereka lupa akan hal-hal mendasar yang menjadi buah kebajikan rahmat dari Roh Kudus, yang tanpa-Nya tidak ada keselamatan dan tidak mungkin terjadi. Karena "melalui Roh Kudus setiap jiwa dipercepat, dan melalui pemurniannya jiwa dimuliakan dan diterangi oleh Tritunggal Maha Kudus dalam misteri suci." Roh Kudus sendiri diam di dalam jiwa untuk mempersiapkan di dalam tubuh dan jiwa kita, suatu tahta bagi keberadaan Allah Sang Pencipta, karena Sabda Allah yang kekal, "Aku akan hadir di tengah-tengahmu dan Aku akan menjadi Allahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku." (Im. 26:12)

Inilah minyak yang ada dalam pelita gadis yang bijaksana, yang menyala dengan terang dan terus-menerus; para gadis dengan pelita yang bernyala ini dapat berjaga menanti sang pengantin yang datang pada tengah malam, dan memasuki ruangan dengan sukacita bersama-Nya. Gadis yang bodoh, melihat pelita mereka hampir padam, meskipun mereka pergi untuk membeli minyak, tidak diperbolehkan untuk masuk kembali, karena pintu telah tertutup. Pasar tersebut adalah hidup kita; pintu dari ruang perjamuan - dikunci dan tidak diperbolehkan untuk masuk - merupakan kematian manusia. Para gadis yang bijaksana dan yang bodoh adalah jiwa-jiwa orang Kristen. Minyak itu bukanlah perbuatan baik tetapi karunia Roh Kudus yang diterima melalui kebajikan, mengubah yang rusak menjadi baik, dari emosi yang mematikan kepada hidup rohani, dari kegelapan kepada terang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar